Jumat, 08 Juni 2012

Kata Mutiara Islam

0 komentar
 - Disini anda bisa melihat aneka kumpulan kata mutiara Islami yang Tourworldinfo Community kutip dari Mutiara Hadits dari Para Imam. Kata mutiara Islam terbaru ini alangkah baiknya kita terapkan didalam kehidupan kita karena isinya mencakup kata cinta islami, kata mutiara cinta islam, kata bijak islami, kata islami tentang cinta yang dapat mendekatkan kita sekaligus mengigatkan kita atas kebesaran Allah SWT. Well, seprti apa kata mutiara Islam terbaru yang akan Tourworldinfo Community berikan? Eitz, sabar dulu karena semuanya pasti akan tersedia di blog ini...

Kata Mutiara Islam


Sebenarnya kata kata bijak islami atau kata mutiara Islam sudah banyak yang share di duniainternet ini. Akan tetapi Tourworldinfo Community akan memberikan kata mutiara islami terbaru khusus untuk para pengunjung setia Tourworldinfo Community yang sebelumnya telah membaca postingan Tourworldinfo Community tentang Sea Games Indonesia 2011,Kata Kata BijakCara Menjadi Orang yang Beribawa dan tak ketinggalan pula Manfaat Makan IkanUcapan Selamat Ulang Tahun yang semuanya menjadi postingan favorite Tourworldinfo Community. 

Well, tanpa basa basi lagi kita langsung saja ke topik pembicaraan kita tentang kata mutiara islam yang akan kami tulis dan luapkan di blog ini. Seperti apa kumpulan kata bijak Islami ala Tourworldinfo Community yang kami dapatkan dari berbagai macam sumber yang ada. Cekidotttt...

Kumpulan Kata Mutiara Islam

=========================================
Kata Mutiara Islam dari Hadits Imam Ja‘far as
=========================================

Kata Mutiara Islam
• “Waspadalah terhadap tiga orang: pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab, seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu dan seorang yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu. Juga seorang yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu.”


Kata Mutiara Islam
• “Tiga manusia adalah sumber kebaikan: manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak berzikir kepada Allah.”


Kata Mutiara Islam
• “Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”


Kata Mutiara Islam
• Seorang laki-laki seringkali mendatangi Imam Ja‘far as, kemudian dia tidak pernah lagi datang. Tatkala Imam as menanyakan keadaannya, seseorang menjawab dengan nada sinis, “Dia seorang penggali sumur.” Imam as membalasnya, “Hakekat seorang lelaki ada pada akal budinya, kehormatannya ada pada agamanya, kemuliannya ada pada ketakwaannya, dan semua manusia sama-sama sebagai Bani Adam.” 


Kata Mutiara Islami
• “Hati-hatilah terhadap orang yang teraniaya, karena doanya akan terangkat sampai ke langit.”


Kata Mutiara Islam
• “Ulama adalah kepercayaan para rasul. Dan bila kau temukan mereka telah percaya pada penguasa, maka curigailah ketakwaan mereka.”


Kata Mutiara Islam
• “Tiga perkara dapat mengeruhkan kehidupan: penguasa zalim, tetangga yang buruk, dan perempuan pencarut. Dan tiga perkara yang tidak akan damai dunia ini tanpanya, yaitu keamanan, keadilan, dan kemakmuran.”

=========================================
Kata-kata mutiara Islam dari Imam Baqir a.s.
=========================================
Kata Mutiara Islam
1. Jiwa yang agung
“Kuwasiatkan lima hal kepadamu: (1) jika engkau dizalimi, jangan berbuat zalim, (2) jika mereka mengkhianatimu, janganlah engkau berkhianat, (3) jika engkau dianggap pembohong, janganlah marah, (4) jika engkau dipuji, janganlah gembira, dan (5) jika engkau dicela, kontrollah dirimu”.

Kata Mutiara Islam
2.Akibat baik dan buruk
“Alangkah mungkin orang yang tamak kepada dunia akan mendapatkannya di dunia. Akan tetapi, ketika ia mendapatkan seluruhnya, dunia itu akan menjadi bala` baginya dan ia menjadi sengsara karenanya. Dan alangkah mungkin seorang membenci urusan akhirat. Akan tetapi, ia dapat menggapainya kemudian dan ia hidup bahagia karenanya”.

Kata Mutiara Islam
3. Keutamaan terbaik dan jihad terbaik
“Tiada keutamaan seperti jihad dan tiada jihad seperti menentang hawa nafsu”.

Kata Mutiara Islam
4. Ambillah nasihat yang baik
“Ambillah nasihat baik dari orang yang mengucapkannya meskipun ia tidak mengamalkannya”.

Kata Mutiara Islam
5. Indahnya kesabaran yang disertai dengan ilmu
“(Jika sesuatu digabung dengan yang lain), tidak ada gabungan yang lebih indah dari kesabaran yang digabung dengan ilmu”.

Kata Mutiara Islam
6. Kesempurnaan yang paling sempurna
“Kesempurnaan yang paling sempurna adalah tafakkuh (mendalami) agama, sabar menghadapi musibah dan ekonomis dalam mengeluarkan biaya hidup”.

Kata Mutiara Islam
7. Tiga kriteria agung
“Tiga hal adalah kemuliaan dunia dan akhirat: memaafkan orang yang menzalimimu, menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, dan sabar ketika engkau diperlakukan sebagai orang bodoh”.

Kata Mutiara Islam
8. Kontinyu dalam berdoa
“Sesungguhnya Allah membenci seseorang yang meminta-minta kepada orang lain berkenaan dengan kebutuhannya, dan menyukai hal itu (jika ia meminta kepada)-Nya. Sesungguhnya Ia suka untuk diminta setiap yang dimiliki-Nya”.

Kata Mutiara Islam
9. Keutamaan orang alim atas ‘abid
“Seorang alim yang dapat dimanfaatkan ilmunya lebih utama dari tujuh puluh ribu ‘abid”.

Kata Mutiara Islam
10. Dua karakter orang alim
“Seorang hamba bisa dikatakan alim jika ia tidak iri kepada orang yang berada di atasnya dan tidak menghina orang yang berada di bawahnya”.

Kata Mutiara Islam
11. Tiga pahala
“Jika mulut seseorang berkata jujur, maka perilakunya akan bersih, jika niatnya baik, maka rezekinya akan ditambah, dan jika ia berbuat baik kepada keluarganya, maka umurnya akan ditambah”.

Kata Mutiara Islam
12. Tinggalkanlah kemalasan
“Janganlah malas dan suka marah, karena keduanya adalah kunci segala keburukan. Barang siapa yang malas, ia tidak akan dapat melaksanakan hak (orang lain), dan barang siapa yang suka marah, maka ia tidak akan sabar mengemban kebenaran”.

Kata Mutiara Islam
13. Penyesalan di hari kiamat
“Orang yang paling menyesal di hari kiamat adalah orang yang berbicara keadilan dan ia sendiri tidak melaksanakannya”.

Kata Mutiara Islam
14. Buah silaturahmi
“Silaturahmi dapat membersihkan amalan, memperbanyak harta, menghindarkan bala`, mempermudah hisab (di hari kiamat) dan menunda ajal tiba”.

Kata Mutiara Islam
15. Berucap ramah dengan orang lain
“Ucapkanlah kepada orang lain kata-kata terbaik yang kalian senang jika mereka mengatakan itu kepadamu”.

Kata Mutiara Islam
16. Hadiah Ilahi
“Allah akan memberikan hadiah bala` kepada hamba-Nya yang mukmin sebagaimana orang yang bepergian akan selalu membawa hadiah bagi keluarganya, dan menjaganya dari (godaan) dunia sebagaimana seorang dokter menjaga orang yang sakit”.

Kata Mutiara Islam
17. Jujur dan melaksanakan amanat
“Bersikaplah wara’, berusahalah selalu, jujurlah, dan berikanlah amanat kepada orangnya, baik ia adalah orang baik maupun orang fasik. Seandainya pembunuh Ali bin Abi Thalib a.s. menitipkan amanat kepadaku, niscaya akan kuberikan kepadanya”.

Kata Bijak Islami
18. Perbedaan antara ghibah dan tuduhan
“Ghibah adalah engkau membicarakan aib (yang dimiliki oleh saudaramu) yang Allah telah menutupnya (sehingga tidak diketahui oleh orang lain), dan menuduh adalah engkau membicarakan aib yang tidak dimiliki olehnya”.

Kata Bijak Islami
19. Pencela dibenci Allah
“Allah membenci pencela yang tidak memiliki harga diri”.

Kata Bijak Islami
20. Tanda-tanda rendah hati
“(Engkau dapat dikatakan rendah hati jika) engkau rela duduk di sebuah majelis yang lebih rendah dari kedudukanmu, mengucapkan salam kepada orang yang kau jumpai, dan menghindari debat meskipun engkau benar”.

Kata Bijak Islami
21. Menjaga harga diri adalah ibadah terbaik
“Ibadah yang terbaik adalah menjaga perut dan kemaluan”.

Kata Bijak Islami
22. Sumber dosa adalah tidak kenal Allah
“Tidak akan bermaksiat kepada Allah orang yang mengenal-Nya”.

Kata Bijak Islami
24. Akal adalah makhluk Allah terbaik
“Ketika Allah menciptakan akal, Ia berfirman kepadanya: “Kemarilah!” Ia pun menghadap. Ia berfirman kembali: “Mundurlah!” Ia pun mundur. Kemudian Ia berfirman: “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak pernah menciptakan makhluk yang lebih Kucintai darimu, dan Aku tidak akan menyempurnakanmu kecuali bagi orang yang Kucintai. Semua perintah, larangan, siksa dan pahala-Ku tertuju kepadamu”.

Kata Bijak Islami
25. Hisab atas dasar akal
“Sesungguhnya Allah akan menghisab hamba-hamba-Nya pada hari kiamat sesuai dengan kadar akal yang telah dianugerahkan kepada mereka di dunia.”

Kata Bijak Islami
26. Pahala guru dan murid
“Sesungguhnya pahala orang yang mengajarkan ilmu adalah seperti pahala orang yang belajar darinya, dan ia masih memiliki kelebihan darinya. Oleh karena itu, pelajarilah ilmu dari ahlinya dan ajarkanlah kepada saudara-saudaramu sebagaimana ulama telah mengajarkannya kepadamu”.

Kata Bijak Islami
27. Dosa mufti yang tidak berilmu
“Barang siapa yang mengeluarkan fatwa tanpa ilmu yang cukup, maka ia akan dilaknat oleh malaikat rahmat dan azab serta dosa orang yang mengamalkan fatwanya akan dipikul olehnya”.

Kata Bijak Islami
28. Ulama neraka
“Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.

Kata Bijak Islami
29. Tanda-tanda seorang faqih
“Faqih yang sebenarnya adalah orang yang zahid terhadap dunia, rindu akhirat dan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah SAWW”.

Kata Bijak Islami
30. Bergurau tanpa mencela
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla menyukai orang-orang yang suka bergurau dengan orang lain dengan syarat tanpa cela-mencela”.

Kata Bijak Islami
31. Azab untuk tiga kriteria
“Tiga kriteria yang penyandangnya tidak akan meninggal dunia kecuali ia telah merasakan siksanya: kezaliman, memutuskan tali silaturahmi dan bersumpah bohong, yang dengan sumpah tersebut berarti ia telah berperang melawan Allah”.

Kata Bijak Islami
32. Yang disukai Allah
“Sesuatu yang paling utama di sisi Allah adalah engkau meminta segala yang dimiliki-Nya”.

Kata Bijak Islami
33. Kontinyu dalam doa
“Demi Allah, seorang hamba tidak berdoa kepada-Nya terus menerus kecuali Ia akan mengabulkannya”.

Kata Bijak Islami
34. Berdoa di waktu sahar
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang banyak berdoa. Oleh karena itu, berdoalah pada waktu ashar hingga matahari terbit, karena pada waktu itu pintu-pintu langit terbuka, rezeki-rezeki dibagikan dan hajat-hajat penting dikabulkan”

Kata Bijak Islami
35. Berdoa untuk orang lain
“Doa yang paling cepat dikabulkan adalah doa seorang hamba untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya”.

Kata Bijak Islami
36. Mata-mata yang tidak akan menangis
“Semua mata pasti akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga mata: mata yang bangun malam di jalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada-Nya dan mata yang tidak pernah melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah”.

Kata Bijak Islami
37. Orang yang tamak bak ulat sutra
“Perumpamaan orang yang tamak bagaikan ulat sutra. Ketika sutra yang melilitnya bertambah banyak, sangat jauh kemungkinan baginya untuk bisa keluar sehingga ia akan mati kesedihan di dalam sarangnya sendiri”.

Kata Bijak Islami
38. Jangan berwajah dua
“Hamba yang paling celaka adalah hamba yang berwajah dan bermulut dua; ia memuji saudaranya di hadapannya dan menghibahnya di belakangnya, jika saudaranya itu dianugerahi nikmat, ia iri dan jika ia ditimpa musibah, ia menghinanya”.

=========================================
Kata Mutiara Islam
Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan menyebabkan kamu zuhud atau tidak cinta kepada dunia.(Rasulullah)

Kata Mutiara Islam
Keluarlah dari dirimu dan serahkanlah semuanya pada Allah, lalu penuhi hatimu dengan Allah. Patuhilah kepada perintahNya, dan larikanlah dirimu dari laranganNya, supaya nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu, setelah itu keluar, untuk membuang nafsu-nafsu badaniah dari hatimu, kamu harus berjuang dan jangan menyerah kepadanya dalam keadaan bgaimanapun juga dan dalam tempo kapanpun juga.(Syekh Abdul Qodir al-Jaelani)

Kata Mutiara Islam
Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti ajakan hawa nafsunya adalah lebih baik bagi kalian, daripada berteman dengan orang alim tapi selalu suka terhadap hawa nafsunya.(Ibnu Attailllah as Sakandari)

Kata Mutiara Islam
Orang yang suka berkata jujur akan mendapatkan 3 hal, yaitu : KEPERCAYAN, CINTA dan RASA HORMAT (Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Kata Mutiara Islam
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Kata Mutiara Islam
Kejahatan yang dibalas dengan kejahatan pula adalah sebuah akhlaq ular, dan kalau kebajikan dibalas dengan kejahatan itulah akhlaq buaya, lalu bila kebajikan dibalas dengan kebajkan adalah akhlaq anjing, tetapi kalau kejahatan dibalas dengan kebajikan itulah akhlaq manusia.(Nasirin)

Kata Mutiara Islam
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu akan menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) sedangkan harta terhukum. Kalau harta itu akan berkurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan.(Sayidina Ali bin Abi Thalib)

Kata Mutiara Islam
Sabar memiliki dua sisi, sisi yang satu adalah sabar, sisi yang lain adalah bersyukur kepada Allah. (Ibnu Mas’ud)

Kata Mutiara Islam
Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. (Ali bin Abi Thalib)

Kata Mutiara Islam
Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku.(Umar bin Khattab)

Kata Mutiara Islam
Niat adalah ukuran dalam menilai benarnya suatu perbuatan, oleh karenanya, ketika niatnya benar, maka perbuatan itu benar, dan jika niatnya buruk, maka perbuatan itu buruk. (Imam An Nawawi)

Kata Mutiara Islam
Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. (Umar bin Kattab)

Kata Mutiara Islam
Dia yang menciptakan mata nyamuk adalah Dzat yang menciptakan matahari.(Bediuzzaman Said Nursi)

Kata Mutiara Islam
Penderitaan jiwa mengarahkan keburukan. Putus asa adalah sumber kesesatan; dan kegelapan hati, pangkal penderitaan jiwa.(Bediuzzaman Said Nursi)

Kata Mutiara Islam
Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam segala kegiatan masyarakat itu, sedangkan saling bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg.(Bediuzzaman Said Nursi)

Kata Mutiara Islam
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.(Bediuzzaman Said Nur)

Kata Mutiara Islam
Orang yang terkaya adalah orang yang menerima pembagian (taqdir) dari Allah dengan senang hati.(Ali bin Husein)

Kata Mutiara Islam
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseoran yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup.(Bediuzzaman Said Nur)

Kata Mutiara Islam
Pangkal dai semua kebaikan di dunia maupun di akhirat adalah taqwa kepada Allah.(Abu Sualeman Addarani)

Kata Mutiara Islam
Barang siapa tidak dicoba dengan bencana atau kesusahan, maka tidak ada sebuah kebahagiaan pun disisi Allah.(Adh-Dhahhak)


Nah, itulah kumpulan kata kata mutiara islam atau kata bijak islami terbaru dari Tourworldinfo Community yang akan kami update setiap hari. Semoga kata bijak islami tersebut dapat membuat anda merasa lebih bersemangat dalam menjalankan hidup di dunia ini. AMIN!!! 

Minggu, 03 Juni 2012

Metode Salaf Dalam Menuntut Ilmu

0 komentar
Setiap kita sebagai seorang muslim dituntut untuk senantiasa mempelajari agama ini. Sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya:
“Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Maksud dari kata-kata (العلم) ”Ilmu” yang terdapat di dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah bukanlah ilmu-ilmu yang bersifat keduniawian, melainkan ilmu agama. Sebagaimana yang dikatakan oleh imam Ibnu Hajar Al-Asqalani :
“Dan yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i” (lihat Fathul Baari I : 170).
Sedangkan ilmu-ilmu lain selain ilmu syar’i merupakan ilmu alat yang dianjurkan bagi seorang muslim untuk mempelajarinya. Bahkan hukum mempelajarinya menjadi wajib apabila keahlian tersebut tidak ada yang menekuninya.
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu pernah mengatakan bahwa kebenaran tanpa disertai oleh sistem dan strategi yang rapih akan dikalahkan oleh kebatilan yang dilakukan dengan menggunakan strategi yang sistematis. Demikian pula dalam proses belajar, tentunya memerlukan strategi dan metode yang baik. Karena sebesar apa pun tenaga yang kita curahkan dan berapa pun materi yang telah kita belanjakan, jika tidak dibarengi dengan metode yang bagus, maka tujuan yang diharapkan sulit untuk tercapai.
Dan di antara strategi dalam belajar tersebut adalah:
1. Niat yang Ikhlas hanya kepada Allah
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus …” (Q.S. Al Bayyinah: 5)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya amalan-amalan itu dengan niat (tergantung pada niat) dan sesungguhnya seseorang diberikan ganjaran sesuai dengan niatnya ....” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab itu tidaklah pantas bagi seorang penuntut ilmu syar’i, melalui ilmu yang ia miliki, ia mengharapkan kedudukan, martabat dimasyarakat, ataupun untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Barang siapa yang menuntut ilmu agama, yang mana hal tersebut (seharusnya) dituntut hanya untuk mengharapkan wajah Allah, namun ia melakukannya hanya untuk tujuan keduniaan belaka, maka di hari kiamat kelak ia tidak akan dapat mencium wangi syurga” (H.R. Ibnu Majah, Ahmad, dan Abu Daud)
Imam Al-Khatib Al-Bagdadi berkata: “Wajib bagi setiap penuntut ilmu agama untuk mengikhlaskan niatnya dalam menuntut ilmu, dan menjadikan tujuannya tersebut hanya mengharapkan wajah Allah.”
2. Mengikuti Sunnah dan Mengamalkannya
Allah Shubhaanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Apa yang diberikan oleh rasul, terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah” (Q.S. Al-Hasyr : 7).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya:
“Saya telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama kalian memegang teguh kedua perkara tersebut (yaitu) Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya” (H.R. Malik).
3. Bertahap dalam Menuntut Ilmu
Kebanyakan dari para ulama salaf memulai pelajaran mereka dengan belajar adab. Dan sementara mereka mempelajari adab, mereka menghafal Al Qur’an, baru kemudian dilanjutkan dengan mempelajari bidang-bidang ilmu lainnya.
Abdullah bin Mubarak berkata: “Saya mempelajari adab selama 30 tahun dan saya mempelajari ilmu (agama) selama 20 tahun, dan mereka (para ulama salaf) memulai pelajaran mereka dengan mempelajari adab terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu."
Dan kebanyakan dari para ulama salaf telah mengajarkan adab kepada anak-anak mereka sejak kecil. Dan mengajarkan mereka untuk menghafal Al-Quran, tulis menulis, dan berakhlaq yang mulia. Apabila mereka telah di anggap beradab, barulah mereka diikutkan dalam majelis-majelis ilmu, berkata Sufyan bin Said Ats- Tsaury: “Tidaklah mereka (para ulama salaf) mengirim anak-anak mereka untuk menuntut ilmu (agama) kecuali mereka telah beradab dan beribadah selama 20 tahun”.
4. Bersemangat dalam Menuntut Ilmu
Telah banyak riwayat yang menceritakan semangat para salafus shaleh dalam menuntut ilmu dan bagaimana mereka menjaga semangat tersebut agar tidak luntur. Bahkan terkadang mereka berlari-lari untuk menghadiri majelis-majelis ilmu tersebut, seperti yang dikatakan oleh Syu’bah bin Hajjaj:
“Tidaklah saya melihat seorang pun yang berlari, kecuali saya katakan, kalaulah ia bukan orang gila, (maka) dia adalah seorang penuntut ilmu”.
Akan tetapi hal yang terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap penuntut ilmu agama adalah hendaknya ia mengambil ilmu agama tersebut dari orang yang benar-benar mengetahui tentang ilmu agama tersebut, bukan dari orang yang lemah hafalannya. Berkata Imam Muhammad bin Siriin: “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa engkau mengambil agamamu tersebut”, diriwayat lainnya beliau katakan: “Dulunya mereka (para ulama salaf) tidak bertanya tentang isnad (orang yang meriwayatkan hadits) namun setelah terjadi fitnah, maka mereka mulai bertanya: “Dari siapa kamu mendengarkan hadits tersebut ?”
(H.R. Muslim).

HAL-HAL PENGOKOH ILMU
1. Pemahaman yang Baik
Al-Khatib Al-Bagdadi berkata: “Ilmu adalah pemahaman dan pengetahuan, bukanlah banyak dan luasnya pengetahuan tentang riwayat”.
Ibnu Abdil Barr berkata: ”Dan yang menjadi kesepakatan fuqahaa’ (ahli-ahli fiqh) dan para ulama adalah membenci memperbanyak riwayat tanpa adanya pemahaman dan ketelitian”.
2. Menghafal dan Mengamalkannya
Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal berkata: ”Tidaklah sampai satu hadits pun kepadaku kecuali saya telah beramal dengannya. Dan tidaklah saya beramal dengannya kecuali saya telah menghafalnya”.
Waki’ bin Jarrah berkata: ”Apabila kalian ingin menghafal hadits, maka beramallah dengannya”.
3. Mengulang-ulangi Hafalan bersama dengan Guru atau Teman
Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhuma berkata: ”Dulu ketika kami berada di dekat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kami mendengarkan hadits-hadits dari beliau. Apabila kami berdiri (telah bubar dari majelis bersama Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam) kami mengulang-ulang hafalan hadits tersebut sesama kami, sampai kami menghafalnya”.
Imam Al-Khatib Al-Bagdadi berkata: “Sebaik-baik mudzakarah (mengulang-ulang pelajaran) adalah di waktu malam. Ada sekelompok orang salaf memulai mudzakarah mereka dari Isya dan bisa jadi mereka tidak berdiri hingga mereka mendengarkan adzan shubuh”.
4. Bersabar dalam Menuntut Ilmu Agama
Telah banyak riwayat yang menjelaskan bagaimana para ulama salaf bersabar dalam menuntut ilmu. Bahkan terkadang mereka harus menempuh perjalanan satu bulan untuk mendapatkan satu hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.
Oleh sebab itu para ulama salaf telah mewasiatkan kepada murid-muridnya untuk senantiasa bersabar dan menghindari sifat tergesa-gesa dalam menuntut ilmu. Berkata Imam Az Zuhri: ”Barangsiapa yang menuntut ilmu dalam jumlah banyak maka ilmu itu akan hilang dalam jumlah banyak pula. Akan tetapi hendaknya ia mengambil ilmu tersebut (sedikit demi sedikit) satu hadits kemudian dua hadits”.
Adapun salah satu wasilah atau perantara untuk mendapatkan ilmu tersebut adalah penguasaan bahasa Arab, karena bahasa ini ibarat gerbang masuk untuk memahami wahyu-wahyu Allah dan hadits rasul-Nya. Umar bin Khattab pernah memerintahkan kepada seluruh kaum muslimin yang berada di daerah kekuasaannya untuk mempelajari ilmu hadits, faraidh (warisan) dan Nahwu (bahasa arab) sebagaimana mereka mempelajari Al-Qur’an.
Imam As Sya’bi berkata: ”Kedudukan nahwu dalam ilmu seperti fungsi garam dalam makanan.”

Hak-Hak Rasulullah Saw

0 komentar
. PDF Cetak E-mail



Sesungguhnya di antara nikmat yang terbesar yang Allah anugerahkan kepada kita adalah diutusnya seorang rasul, yang sangat mencintai kita, menyayangi kita menginginkan keimanan dan keselamatan kita di dunia dan akhirat. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah berkorban dan menghabiskan semua potensi yang beliau miliki demi kebahagian ummat manusia.
Beliau pun sangat sedih ketika mendapatkan orang-orang yang tidak mau beriman, sebagaimana Allah Subhaanahu wa Ta'ala telah ungkapkan dalam Al-Qur’an, artinya:
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. At-Taubah: 128).
Sungguh, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam begitu cinta kepada kita, sehingga semua perkara yang bisa menyelamatkan kita, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah sampaikan, dan apa-apa yang bisa mencelakakan kita di dunia dan akhirat, beliau telah jelaskan, sehingga di akhir hayatnya, beliau pun masih sempat mengingat kita dan berkata, “Umatku....umatku.”
Sebagai seorang Muslim, hendaknya kita bersyukur atas nikmat Allah yang besar ini, dengan menunaikan apa-apa yang menjadi hak-hak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan benar. Serta tidak berlebihan sebagaimana orang-orang yang menempatkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai tempat bergantung, bersandar atau mengabulkan permintaan yang pada dasarnya merupakan hak Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Atau sebaliknya, orang-orang yang mengabaikan hak-hak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan memposisikan beliau seperti manusia biasa yang tidak perlu untuk diindahkan perkataannya. Wal iyâdzubillâh.
Sungguh, keterpurukan dan kehinaan yang menimpa kaum muslimin saat ini karena sebagian besar kaum Muslimin tidak menunaikan hak Allah Subhaanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya dengan baik. Dan di antara hak-hak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah sebagai berikut:
1. Ditaati Perintah dan Larangannya
Seorang Muslim wajib menta’ati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, baik melaksanakan perintahnya atau menjauhi larangannya. Karena pada dasarnya, ketaatan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah manifestasi dan bukti ketaatan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala, dan Allah telah mengancam dengan keras orang-orang yang menyelisihinya. Menta’atinya merupakan hal yang wajib bagi siapa saja yang beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Perselisihan yang terjadi di tengah kaum Muslimin, hendaknya dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya lewat kitab-Nya dan sunnah nabi-Nya. Dan jika sudah jelas dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka hendaknya diterima dengan lapang dada dan penuh keikhlasan.
Karena itu merupakan konsekuensi dari keimanan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Allah berfirman, artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisâ: 65).
Ibnul Qayyim-rahimahullâh berkata “Allah Subhaanahu wa Ta'ala bersumpah dengan diri-Nya, bahwa tiada keimanan atas hamba sampai mereka menjadikan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai hakim (pemutus) atas segala perselisihan di antara mereka di dalam perkara yang kecil maupun yang besar. Dan Allah tidak mencukupkan keimanan hanya sekadar menjadikan beliau sebagai hakim, sampai hilangnya keluh kesah terhadap keputusan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan itu pun tak cukup, sampai mereka menerima dan melaksanakanya”. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman, artinya:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al-Ahzâb: 36).
Maka Allah Subhaanahu wa Ta'ala mengabarkan, bahwa tidak ada pilihan lain bagi seorang Mukmin, setelah keputusan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan barangsiapa memilih selain apa yag diputuskan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka sungguh dia berada dalam kesesatan yang nyata.
Kita mendapatkan banyak ayat dan hadits yang menjelaskan pentingnya taat kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan. Sahabat bertanya, “Siapakah orang yang enggan?” Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menaatiku, maka akan masuk surga. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka dialah yang termasuk enggan masuk surga.” (H.R. Bukhârî dan Muslim).
Sejarah membuktikan bagaimana para sahabat begitu bersemangat, mengikuti semua apa yang Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam contohkan dan perintahkan, serta meninggalkan semua yang Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam larang. Sebagai contoh, pada mulanya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabat shalat menghadap Baitul Maqdis sebelum kiblat dialihkan ke Ka’bah. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedang shalat, ada seseorang yang keluar dan melewati suatu kaum yang sedang melaksanakan shalat, kemudian orang tersebut mengatakan bahwa kiblat sudah berubah, maka mereka pun segera merubah arah kiblat ke Baitullah sedang mereka masih dalam keadaan rukuk.
Demikian pula dengan pengharaman khamr, yang pada waktu itu masih ada di antara sahabat yang hampir meneguk khamr tersebut, lalu ketika kabar tentang pengharaman khamr mereka dengar, maka serentak dan tanpa berpikir panjang mereka langsung membuang khamr tersebut, pada hal itu merupakan kebiasan mereka yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Sebagai contoh lain, para shahabiyah (sahabat wanita), setelah turun ayat tentang hijab maka mereka bersegera mengambil dan mengenakan kain yang bisa mereka pergunakan untuk menutup aurat mereka. Bandingkan dengan kondisi umat Islam saat ini, ketika datang perintah dan larangan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, berapa banyak alasan yang kita jadikan dalih untuk menolak perintah dan larangannya. Wallâhul Musta’an.
2. Dicintai dan Dibela Sunnah-sunnahnya
Di antara perkara yang besar dari keimanan adalah mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, karenanya tidak benar kecintaan seseorang kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala, tanpa mencintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, lagi pula mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam merupakan sebab dimasukkannya seseorang ke surga. Mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam haruslah melibihi kecintaan kita kepada harta, orang tua, anak-anak, dan bahkan seluruh manusia, termasuk diri kita.
Suatu ketika, Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'Anhu pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan menyampaikan kecintaanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan mengatakan “Ya, Rasululllah! Sungguh, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku.” Maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak, demi Allah! hingga engkau mencintaiku melebihi kecintaanmu kepada dirimu sendiri!” Maka Umar menjawab, “Sungguh, demi Allah! Engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri.” Maka Rasulullah saw bersabda, “Sekarang, wahai Umar (baru engkau betul-betul beriman).” (H.R. Bukhârî).
Cinta yang kita maksudkan adalah cinta yang sebenarnya dengan bersemangat mengamalkan sunnah-sunnahnya, membela dan memperjuangkannya dengan cara-cara yang benar, melaksakan apa yang beliau ajarkan, atau tidak mengada-adakan perkara yang memang tidak diperintahkan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, karena memang demikianlah konsekuensi kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bahkan kita harus berani mengorbankan semua yang kita miliki demi membela Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sunnah-sunnahnya.
Di sisi lain, ada di antara kaum Muslimin yang mengekpresikan kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tapi dengan hal-hal yang tidak dicontohkan, seperti shalawat-shalawat yang tidak berdasar dan terkadang berisi sanjungan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam secara berlebihan dengan alasan bukti cinta, syiar Islam, dan sebagainya. Tetapi coba kita renungkan perkataan sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'Anhu. Yang artinya:
“Berapa banyak orang yang ingin meraih kebaikan namun tidak mendapatkannya.” (Diriwayatkan Imam Dârimî dalam sunannya).
Mereka berkata tentang maulid Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, “Tidak usah terlalu dipersoalkan dan dibesar-besarkan, bukankah kita menginginkan persatuan kaum muslimin?” Benar, tapi bukankah agama itu nasihat? Coba kita renungkan beberapa pertanyaan di bawah ini, Pernahkah Nabi saw melakukan peringatan hari kelahirannya, atau Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam wasiatkan kepada para sahabatnya tentang hal itu? Adakah di antara sahabat dan tabi’in melakukannya? Dan tentulah para sahabat adalah orang-orang yang paling tahu tentang sunnah dan paling cinta kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Seandainya itu adalah perkara yang disyariatkan, tentulah mereka yang paling pertama melakukannya. Di samping itu masih banyak sunnah-sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang menunggu untuk kita amalkan. Karena kebenaran datang dari Allah dan Rasul-Nya, dan kebenaran lebih wajib untuk kita ikuti.
3. Dicintai Keluarganya dan Para Sahabatnya
Keluarga dan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memiliki kedudukan yang tinggi dan keutamaan yang besar. Mereka adalah para pendamping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam memperjuangkan ad-dien (agama) yang mulia ini, sehingga kita semua wajib mencintai mereka karena itu bagian dari keimanan. Mencintai mereka berarti mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan membenci mereka sama saja membenci Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
4. Didahulukan Perkataanya dan Beradab dengannya
Semua perkataan dan pendapat bisa diterima dan ditolak kecuali sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sungguh musibah besar yang menimpa kaum Muslimin, ketika mereka menjadikan perkataan manusia di atas perkataan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Para sahabat menyadari, betapa agungnya dan mulianya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sehingga ketika mereka menghadapi persoalan, meraka langsung meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sepeninggal Rasululah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka di antara cara untuk mengagungkan dan memuliakannya adalah dengan mengembalikan semua urusan agama kepada Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang shahih, serta tidak meninggalkannya hanya karena alasan mengikuti pemimpin, kyai atau orang-orang tertentu.
Dan inilah yang merupakan implementasi dari firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Hujurât: 1).
Demikianlah di antara hal penting dari hak-hak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang wajib untuk kita berikan kepada beliau sebagai wujud keimanan dan kecintaan kita kepada beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Wallâhu A’lam