Kamis, 07 April 2011

Kisah Anak Pesantren

0 komentar
Nasib Anak Pesantren

Siang ini secara tidak sengaja saya dan kakak saya mengunjungi salah satu keponakan saya yang belajar menuntut ilmu dan belajar serta tinggal disalah satu pondok pesantren yang ada dikota Bengkulu. Saya tidak akan menyebutkan dimana letak pesantren itu, dan nama pesantren itu, karena saya sedang tidak mempromosikan pesantren itu, ataupun saya menjelek-jelekkan pesantren itu, saya hanya akan sedikit menceritakan tentang kondisi ponakan saya, dan juga beberapa anak-anak yang saya lihat didalam kawasan pesantren itu.

Sebenarnya tujuan kami pada awalnya bukan akan kepesantren itu dan melihat ponakan saya, tetapi tujuan saya ketempat lain untuk mengambil baju yang sudah dipesan oleh kakak saya, tetapi ketika saya akan pulang melewati jalan yang berbeda, tiba-tiba kakak saya berkata kepada saya,’’ kita mampir ke pesantren tempat sahrul (nama ponakan saya) dulu yu bentar, sekalian liat kondisinya’’. Sayapun kemudian menjawab memang lokasi pesantren itu disini a, jawab saya. Karena memang saya sebelumnya beum pernah mengunjungi pesantren tempat ponakan saya sekolah. Sesaat kemudian sayapun menyetujuinya, karena memang saya ingin tahu percis dimana lokasinya.

Sesampainya ditempat Pesantren yang kami tuju, kamipun segera menghubungi bagian kesiswaan , dan melaporkan kepada beberapa orang guru yang sedang berjaga, bahwa kami ingin bertemu dengan salah seorang murid yang ada dipesantren ini, kemudian setelah menyebutkan nama keponakan saya, sang gurupun memerintahkan kepada saya untuk duduk dan menunggu, sambil menunggu sang ponakan saya dipanggil.

Tak berapa lama kamipun melihat sosok yang sudah sangat tidak asing bagi kami, karena memang dia ponakan saya, jadi sudah barang tentu saya hapal dengan mukannya, seletah bertemu dengan kami diapun mengucapkan salam, dan menyalami kami berdua. Kamipun menanyakan kabar dan kegiatan yang sedang dilakukan oleh ponakan saya ini, ternyata dia baru saja pulang dari sekolah, dan sedang beristirah dikamar asrama. Kamipun ngobrol-ngobrol sambil berjalan-jalan mengelilingi keadaan pesantren , untuk sekedar mengetahui keadaan pesantren tempat ponakan saya menuntut ilmu.

Saya melihat beberapa anak sedang melakukan rutinitasnya, ada yang sedang belajar dikelas, bersama sang guru. Ada juga yang sedang mencuci pakaian, ada juga yang sedang memberesihkan tempat wudhu, ada yang sedang tiduran di masjid, ada yang duduk-duduk diserambi masjid sambil memegang beberapa lebar kertas, sepertinya sedang menghapalkan sesuatu, ada yang sedang menjemur pakaian, ada yang sedang tiduran dikamar asrama, yang penuh dengan tempat tidur yang bertingkat-tingkat, saya rasa ada sekitar 30 tempat tidur dalam satu kamar itu, karena saya melihat sangat banyak tempat tidur yang disediakan, termasuk keponakan saya juga tidur ditempat itu.

Tetapi dari semua anak yang saya lihat, tergambar jelas diwajahnya seperti ada menyimpan sesuatu, yang susah untuk diungkapkan. Wajah-anak seperti wajah yang tertekan dengan tekanan batin yang ada dari dalam tubuh mereka. Walaupun mereka terlihat senyum tertawa, tetapi tetap saja gurat wajah rasa tertekan tergambar jelas diwajah mereka. Termasuk wajah ponakan saya terlihat sangat layu,dan tidak bergairah, wajahnya terlihat sangat kurus dan kedua pipinya terlihat kempes, memang semua anak yang saya lihat di pesantren ini semua tubuhnya kurus-kurus sekali bisa dibilang dibawah tubuh pada umumnya. Saya hanya menerka-nerka mungkin mereka semua yang ada dipesantren ini tidak bahagia, karena mungkin sehari-harinya hanya diisi dengan kegiatan yang itu ke itu.

Saya rasa anak-anak mulai merasa bosan dengan rutinitas yang ada, seharusnya pengelola bisa membuat anak-anak yang tinggal di pesantren menjadi betah dan selalu ceria dan tanpa tekanan yang datang dari dalam dirinya. Atau mungkin itu hanya pengelihatan saya saja, kerena saya memang tidak pernah menyaksikan raut muka anak-anak yang tinggal di pesantren, sehingga, begitu saya melihat wajah-wajah anak yang tinggal dipesantren, seperti wajah yang penuh tekanan. Tapi entahlah, yang jelas itu yang saya saksikan dan saya rasakan ketika saya melihat wajah-wajah anak yang tinggal di pesantren.

0 komentar: